Calliandra Bergaun Merah

Dokpri diolah dari aplikasi Canva

 

Calliandra bergaun merah kembali muncul di mimpi Barak. Meninggalkan pesan singkat hanya Barak yang boleh menempati Filla bertuah. Filla yang setiap kali orang datang akan merasa takut untuk singgah di sana.

 

Hunian Calliandra saat masih hidup. Wanita yang menyukai setiap apapun hal yang berkaitan dengan warna merah. Putri dari Keluarga Fase. Kakek Barak pernah bekerja sebagai asisten di sana. Merawat tanaman yang mirip dengan semak, bunganya berwarna merah dan daun hijau tua kehitaman.

 

Barak bertanya, "Apa yang harus aku lakukan untuk membantu mu, Call?"

 

"Temui aku di filla itu."

 

..

 

Nona manis yang kini menjadi pewaris filla berencana merubah suasana filla menjadi rumah sewa pendatang di pedesaan.

 

Barak menemuinya, "Masihkah ada kamar kosong yang bisa ditempati."

 

Sekadar basa-basi, yang sebenarnya Barak sudah tahu filla ini masih kosong. Nona Manis dengan senang menyambut dan gegas menjalankan misi.

 

Mengantar Barak ke ruang kamar yang dindingnya terdapat lukisan perempuan. Rambut coklatnya disanggul dengan seiikat bulu, bulu matanya lentik dengan sorot mata berkantung. Bibir tipis dan hidung mancung.

 

"Calliandra!"

 

"Hei, dari mana kau tahu perempuan di dalam lukisan ini bernama Calliandra."

 

Nona Manis menatap heran kepada Barak, pria bermata biru itu pun merasa kikuk.

 

"Ada namanya di dalam lukisan ini di pojok kiri."

 

Benar saja, Nona Manis percaya dan menyuruh pekerjanya untuk membantu Barak selama di sini. Sebab ia akan kembali ke kediaman lain.

 

….

 

Malam harinya, diam-diam Barak menyusuri lantai atas. Mencari sesuatu yang penting. Usahanya tak kunjung berhasil.

 

Lukisan Calliandra hanya menatapnya tanpa ekspresi apapun.

 

"Aku sudah di sini, Call. Kenapa kau tak muncul juga? Di mana aku harus mencari benda penting milikmu itu sedangkan kau tau sendiri aku ini orang baru. Yah, baru menginjak filla ini."

 

Barak berbicara dengan wajah Calliandra dalam lukisan yang membisu.

 

Benda jatuh menggelinding membuat Barak ingin mengambil. Ketika akan diraih benda tersebut semakin menjauh. Barak mengikutinya. Itu petunjuk dari Calliandra.

 

Benda itu berhenti tepat di samping pot bunga. Bunga berwarna merah hati, daunya hijau tua dan tunggu. Ada satu daun seperti meninggalkan bercak noda darah yang telah mengering.

 

Barak memungutnya, dibawa ke dalam kamar. Meletakkan di samping kasur.

 

"Apa ini yang kamu maksut?"

 

Tapi, Calliandra tak kunjung menampakkan diri. Seseorang mengetuk pintu. Barak membukanya, ternyata pelayan pengantar makanan.

 

Karena lelah Barak akhirnya tertidur pulas. Lalu seperti biasa Calliandra akan kembali mengusik.

 

Dengan perintah lain bahwasanya wanita itu akan berhenti mengganggu setelah Barak berhasil menuntaskan teka-teki ini.

 

Nona Manis tak percaya saat ia kembali ke Filla ini. Barak masih ada di kamarnya. Ia pikir Barak akan menghilang esok hari seperti pengunjung sebelum dirinya.

 

"Kau yakin, Suri."

 

"Benar, Non. Tuan Barak masih ada di kamarnya."

 

Mungkinkah Calliandra tidak menggangu pengunjungnya lagi. Jika benar Filla ini akan seperti tempat penginapan lain. Sebutan Filla bertuah sebentar lagi hilang. Nona manis tersenyum sinis.

 

"Suri!!" 

 

"Iya, Nona. Ada apa?"

 

"Di mana tanaman yang di sini? Saya sudah bilang, jangan berani-berani memindahkannya!"

 

Suri membungkuk menampilkan wajah ketidaktahuan. Nona Manis mengerutkan dahi. Bagaimana kalau sampai hilang? Pikirnya.

 

Suri mengingat kejadian semalam saat mengantar makanan ke pengunjung Filla.

 

"Saya ingat, Non. Ada di kamar Tuan Barak."

 

"Apa?!"

 

Benar dugaan Nona Manis bahwa Barak ada hubungannya dengan Calliandra.

 

"Ini tidak bisa dibiarkan," kata Nona Manis.

 

Segera menemui suaminya untuk segera ditangani.

...

 

"Papah, Call tidak suka Tante Nona. Call tidak setuju papah menikah lagi."

 

"Maafin Papah, Call. Papah cinta dengan Tante Nona. Berhenti untuk merindukan ibumu, berhenti untuk merawat tanaman itu."

 

Calliandra tak ingin mengganti sosok ibunya dengan perempuan lain. Tante Nona tak benar-benar mencintai papahnya.

 

Tante Nona usianya terlalu muda dengan jarak dua tahun dari Calliandra. Demi harta Nona Manis telah menghasut Papah Fase.

 

Membuat Papah Fase semakin sering mengurung Call di dalam kamarnya. Gaun merah yang ia kenakan saat ulang tahun itu. Adalah gaun terakhir usai kematiannya.

 

Tanpa sepengetahuan Papah Fase, Nona Manis memaksa Call untuk melayani beberapa pria. Kelopak bunga yang dulu mekar kini layu tanpa cinta. Calliandra membenci semua pria. Sehingga meskipun ia telah mati dendamnya terus berlanjut. 

 

Calliandra telah menghilangkan banyak nyawa kepada pengunjung Filla. Sedangkan Nona Manis sangat senang karena bisa mendapatkan uang sewa penginapan dengan cuma-cuma.

 

Suami yang sekarang bukan lagi papah Fase. 

 

"Barak, temani aku di sini. Bantu aku keluar dari kamar ini. Ambil kunci di dalam pot itu dan temukan pintu di belakang tubuhku." 

 

Barak mencoba mengerti dengan kalimat Calliandra. Belakang tubuhku apakah artinya di belakang lukisan ini ada pintu.

 

Nona Manis memanggil Barak berulangkali. Saat kamarnya telah terbuka, Nona Manis tanpa permisi langsung mengambil pot bunga yang ada di atas meja.

 

"Saya tidak suka Anda memindahkan barang di Filla ini sesuka hati."

 

"Sebentar, Miss."

 

Barak merogoh tangannya mencari kunci di dalam pot bunga. 

 

"Saya cari ini!"

 

"Hei, jangan sembarang anda mengambilnya! Kembalikan kunci itu kepada saya."

 

Mereka berebut kunci, Nona Manis menyuruh Suri ikut membantu. Akan tetapi, lampu di kamar Barak bergoyang dan berkedip. Lalu, lukisan di kamarnya terjatuh ke bawah lantai.

 

Ada sebuah pintu kecil seperti sudah lama ditutupi. Barak semakin penasaran berniat akan membukanya. Nona Manis berusaha mencegah. Calliandra masuk ke raga Barak dan mendorong kuat ibu tirinya. Nona Manis terjungkal. Suri lari tunggang langgang.

 

Barak masuk ke pintu itu dan jatuh pingsan di ruang bawah tanah.

 

Bahu anyir memenuhi hidung Barak. Ia tersadar lalu melihat banyak tulang di sini. Barak juga menemukan sebuah peti mati.

 

Saat ia akan membukanya, Barak tercengang melihat kehadiran Calliandra duduk di atas peti mati menggunakan gaun merah. 

 

"Terimakasih, Barak. Akhirnya, kau berhasil menemukanku di sini," ujar Calliandra kemudian menghilang begitu saja.

 

***

 

Pemalang, 15 April 2022

 

#CerpenMisteriRamadan